Fajar Ramadhan
Aplikasi metode isotop dan geokimia dalam panasbumi
Fajar Ramadhan
Arfin Anfasha - Tentang Minyak Bumi
Bumi terdiri dari banyak elemen dan unsur, yang memiliki sifat kimia berbeda-beda. Bagi para geologist, salah satu unsur yang sangat menarik perhatian adalah zat hidrokarbon yang biasa disebut minyak bumi.
Minyak bumi merupakan salah satu zat kimia hidrokarbon. Terdiri dari komposisi unsur C, H, dan O yang beragam. Memiliki nilai jual tinggi dan sangat berguna bagi kehidupan. Namun apakah fakta yang tersembunyi dari minyak bumi?
Saat ini, sejumlah besar ilmuwan secara umum berpendapat bahwa minyak bumi adalah makhluk hidup purbakala yang di bawah tekanan suhu tinggi dan setelah melalui proses pengolahan dalam jangka waktu yang panjang serta lamban, maka makhluk hidup zaman purbakala baru berubah menjadi minyak bumi. Namun, yang membuat para ilmuwan bingung adalah sebenarnya butuh berapa kali organisme prasejarah dalam skala besar terkumpul dan terkubur, baru bisa menghasilkan minyak bumi yang sedemikian banyak seperti sekarang ini?
Masalah ini terjawab di majalah Scientist akhir November 2003. Penulis artikel tersebut yakni Jeffry S. Dukes dari Universitas Utah, melalui hasil hitungan dari data industri dan geokimia serta biologi yang ada sekarang: 1 galon minyak bumi Amerika, ternyata membutuhkan 90 ton tumbuhan purbakala sebagai bahan material, artinya 1 liter minyak bumi berasal dari 23,5 ton tumbuhan purbakala. Lalu berapa tumbuhan yang dapat mencapai 23,5 ton itu? Hasil hitungan didapati, bahwa itu setara dengan 16.200 meter persegi jumlah tanaman gandum, teremasuk daun, tangkai dan seluruh akarnya.
Mengapa membutuhkan makhluk hidup purbakala dalam jumlah yang sedemikian besar baru bisa mengubahnya menjadi minyak bumi? Penyebabnya adalah bahwa minyak bumi harus di bawah tekanan suhu tinggi, dengan demikian baru bisa menghasilkan minyak bumi, lalu setelah makhluk hidup purbakala mati, jika penguburan tidak cepat, maka akan lapuk dan terurai. Namun, masalahnya adalah sebenarnya berapa besar rasio makhluk hidup purbakala berubah menjadi energi fosil? Penulis mengatakan: Kurang dari 1/10.000! Sebab sebagian besar karbon kembali ke atmosfer setelah melalui penguraian. Dan sejumlah kecil yang tersisa baru dapat berubah menjadi bahan bakar fosil.
Selanjutnya penulis mengatakan: Berdasarkan hitungan jumlah pemakaian minyak bumi seluruh dunia tahun 1997, energi fosil yang dihabiskan seluruh dunia waktu itu setara dengan 400 kali lipat jumlah semua tumbuhan di atas bumi yang bisa menghasilkan minyak.
Dilihat dari segi lainnya, data geologi menunjukkan, bahwa bumi pada zaman purbakala mutlak tidak mungkin lebih besar ukurannya dibanding bumi saat ini, lagi pula jumlah kandungan oksigen di udara dan suhu udara pada zaman purbakala kurang lebih 30% lebih tinggi dibanding bumi saat ini, atau dengan kata lain, kecepatan busuknya makhluk hidup lebih cepat dibanding sekarang. Seandainya minyak bumi berasal dari jasad makhluk hidup melalui sirkulasi karbon, maka meskipun bentuk tubuh makhluk hidup purbakala lebih besar, namun jika rasio penguburan lebih cepat dan skala besar malahan sangat rendah juga akan sangat sulit, ini adalah yang bisa diketahui dari fosil dinosaurus yang tidak sempurna dan tidak banyak jumlahnya, yang hanya dapat kita gali sekarang ini. Sebuah fosil individual dinosaurus yang demikian tidak mudah untuk disimpan, lalu berapa besar rasionya jasad dinosaurus dalam skala besar yang harus segera dikubur?
GEOKIMIA EKSPLORASI
2. Prinsip-prinsip yang mengatur distribusi tersebut di atas (interpretasi)
Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia mempelajari jumlah dan distribusi unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan atmosfer. Tidak terbatas pada penyelidikan unsur kimia sebagai unit terkecil dari material, juga kelimpahan dan distribusi isotop-isotop dan kelimpahan serta distribusi inti atom.
Eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada pengukuran kelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsur-unsur yang berhubungan erat dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Dalam pengertian yang lebih sempit eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai aktif, vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali geokimia, yaitu konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yang kontras terhadap lingkungannya (background geokimia).
A.1 Prinsip Dasar Prospeksi/Eksplorasi Geokimia
Geochemistry for ArcGIS
Memvisualisasikan, mengatur dan memastikan kualitas data geokimia Anda
Target ArcGIS memproses data drillhole besar volume dengan mudah dan menghasilkan peta berkualitas profesional untuk presentasi, menambahkan pemetaan data spasial yang kuat dan kemampuan pengolahan GIS. Membuat, menciptakan kembali dan menampilkan data di bawah permukaan dalam rencana, bagian dan log grafis di ArcMap ESRI - dalam 2D atau 3D - dari lubang bor menjadi beberapa bagian, grid, geofisika model, Voksel, log, strip grafis dan sumur bor untuk sumur dan pemantauan stasiun.
Penyelidikan geokimia membutuhkan kemampuan untuk mengolah dan menganalisis semua komponen geokimia sampling dalam konteks dengan geologi dan geofisika. Menggunakan alat yang tersedia di geochemistry for ArcGIS, geoscientists dapat mengekstrak pengetahuan dari data mereka secara efektif dengan memeriksa hubungan multivariat, menemukan struktur yang mendasari, mengidentifikasi outliers dan anomali dan hasil hadir untuk dengan mudah membuat peta informatif, visual yang menakjubkan.
Dengan menggunakan Geochemistry for ArcGIS, anda dapat:
• menyederhanakan proses pengendalian kualitas geokimia dan memelihara file data dalam geodatabase ESRI dengan menggunakan model data yang dioptimalkan untuk data geokimia.
• Pilih dan data subset interaktif dari peta berdasarkan litologi dan daerah untuk memperbaiki tampilan data.
• Membuat peta geokimia maju dalam lingkungan desktop ESRI ArcGIS.
• Analisa multi-elemen geokimia menggunakan berbagai plot histogram interaktif, laporan korelasi Pearson, scatter plot, plot probabilitas, plot ternary dan plot kotak untuk mengidentifikasi outliers dan untuk mendefinisikan populasi.
Fitur Utama
• Impor sampel informasi lokasi (X, Y) dan file tes (geokimia hasil laboratorium) sebagai kumpulan data terpisah dan kemudian menggabungkan mereka bersama-sama dalam tabel geodatabase.
• Secara otomatis mengkonversi hasil tes negatif ke nilai positif (deteksi batas setengah).
• Format yang mendukung antara lain: ASCII, Microsoft Excel (xls.), Microsoft Access database (MDB.), ESRI SHP Berkas, geodatabase pribadi dan file dan titik akuisisi data.
GEOKIMIA ORGANIK
Geokimia Organik
1. Hidrokarbon (Petroleum)
2. Untuk karbon (Batubara)
Keberadaan minyak bumi :
BATUAN INDUK
*BATUAN YANG MENGHASILKAN HIDROKARBON
*KAYA ORGANIK, BERBUTIR HALUS
*contohnya SERPIH, BATUGAMPING
BATUAN RESERVOAR / WADUK
*BATUAN TEMPAT AKUMULASI HIDROKARBON
*POROSITAS DAN PERMEABILITAS TINGGI
*contohnya BATUPASIR, BATUGAMPING
PERANGKAP
*SISTEM YG MENGHALANGI HIDROKARBON LOLOS KE PERMUKAAN
KEROGEN TIPE-I
• Persentase karbon yg dapat diubah dlm TOC tinggi (>70%) ; menghasilkan HK berkonsentrasi parafinik lbh tinggi drp kerogen Tipe-II dan Tipe-III
KEROGEN TIPE-II
• Persentase karbon yg dpt diubah antara 30-70% ; menghasilkan HK campuran yg kompleks.
KEROGEN TIPE-III
• Potensi pembentukan HK lebih rendah drp Kerogen Tipe-I dan II (<30%) ; terutama menghasilkan gas.
DIAGENESIS
• Transformasi material organik dlm lingkungan sedimen, terjadi pada temperatur rendah
Rizki Perdana Putra geokimia minyak bumi tipe kerogen & rock evall pyrolisis
Tipe Kerogen
Interaksi Air – Batuan (1), sudut pandang geokimia
Interaksi air – batuan merupakan proses yang banyak terjadi di alam ini seperti proses tergerusnya batuan sungai oleh air sungai atau proses pengikisan batuan karang di pantai oleh air laut. Secara spesifik, istilah interaksi air – batuan memiliki ruang lingkup yang lebih spesifik: terjadinya reaksi kimia atau pertukaran energi antara air dengan batuan.
Contoh lain interaksi air – batuan yang terdapat di bawah permukaan tanah dapat kita temukan di daerah kapur (karst), dimana air hujan akan melarutkan batuan kapur (karbonat) sehingga membentuk gua-gua bawah tanah (kalau di Indonesia seperti di daerah Gunung Kidul). Sebaliknya, karbonat yang terlarut dalam air tersebut juga dapat terdeposisi (mengendap) kembali sehingga terbentuk stalagtit dan stalagmit. Tentu saja proses ini memakan waktu yang jauh lebih lama daripada proses pembentukan karat.
Kekuatan air dapat melarutkan batuan, memindahkan konstituen kimia, dan mendeposisikan kembali di tempat lain. Air mineral yang biasa kita minum (Aqua, VIT, 2tang, dsb) adalah produk dari interaksi air – batuan.
Dalam kondisi lain, yaitu jauh di dalam bumi dimana tekanan dan temperatur sangat tinggi, Dalam kondisi demikian, kemampuan air untuk melarutkan mineral akan semakin besar, bahkan pada kedalaman puluhan kilometer (temperatur mencapai 800 ‘C) air dapat melarutkan logam-logam mulia seperti emas, platina dan titanium.
sumber:
http://geochemist.wordpress.com
GEOKIMIA PETROLEUM
TENTANG GEOKIMIA
Halo para pembaca yang haus akan pengetahuan tentang geokimia, terimakasih banyak telah mampir ke blog kami, pilihan anda untuk masuk ke blog ini sangatlah tepat teman! Karena memang blog ini berisi tentang segala pengetahuan tentang geologi, khususnya membahas lebih dalam mengenai subdisiplin ilmu yang lebih terfokus lagi yakni geokimia.
Sebelum teman-teman mengetahui lebih banyak lagi mengenai apa Geokimia itu sendiri, marilah kita samakan dulu frame berfikir kita bahwa geokimia ini berasal dari dua buah disiplin ilmu yaitu ilmu geologi dan kimia, bukan penggabungan ilmu, namun merupakan disiplin ilmu yang membantu menjelaskan fenomena geologi yang terjadi atau mengenai bumi yang dilihat dari kimianya.
Nah, untuk itu, tentu saja kita harus mengerti dan memahami ilmu geoligi dulu, sedangkan ilmu geologi itu sendiri terdiri dari banyak cabang cabang juga, diantaranya : mineralogi, petrologi, sedimentologi, geomofologi, paleontologi, geologi struktur stratigrafi, dll.
Setelah itu barulah kita dapat lebih mudah mengerti dan memahami tentang geokimia.
Oke, jika frame kita sudah sama silakan lanjutkan membaca dan sufing blog ini, have a nice surfing guys!!
Pastinya pertama-tama sekali kita akan bertanya-tanya, apa sih geokimia itu?? Oke, dijawab,
Geokimia adalah ilmu yang mempelajari kandungan unsur dan isotop dalam lapisan bumi, terutama yang berhubungan dengan kelimpahan (abundant), penyebaran serta hukum-hukum yang mengontrolnya.
Dari dasar ini berkembang beberapa cabang ilmu geokimia di antaranya yaitu geokimia panasbumi, geokimia mineral, geokimia petroleum dan geokimia lingkungan. Pada pembahasan selanjutnya penulis akan lebih banyak membicarakan tentang geokimia mineral, khususnya pada sedimentologi.
Lahirnya geokimia sebagai cabang ilmu geologi baru menyebabkan munculnya metoda dan data observasi baru mengenai berbagai hal yang banyak menarik perhatian para ahli sedimentologi. Sebagian besar penelitian geokimia pada mulanya diarahkan pada penelitian kuantitatif untuk mengetahui penyebaran unsur-unsur kimia di alam, termasuk penyebarannya dalam batuan sedimen.
Lambat laun data tersebut menuntun para ahli untuk memahami apa yang disebut sebagai siklus geokimia (geochemical cycle) serta penemuan hukum-hukum yang mengontrol penyebaran unsur dan proses-proses yang menyebabkan timbulnya pola penyebaran unsur seperti itu.
Baru-baru ini, kimia nuklir (nuclear chemistry) menyumbangkan sebuah “jam” dan “termometer” yang pada gilirannya membuka era penelitian baru terhadap sedimen. Unsur-unsur radioaktif, khususnya 14C dan 40K, memungkinkan dilakukannya metoda penanggalan langsung terhadap batuan sedimen tertentu. Metoda 14C, yang dikembangkan oleh Libby, dapat diterapkan pada endapan resen.
Metoda 40K/40Ar terbukti dapat diterapkan pada glaukonit, felspar autigen, mineral lempung, dan silvit yang ditemukan dalam endapan tua. Analisis isotop dapat digunakan untuk menentukan temperatur purba.
Metoda Urey—berdasar-kan nisbah 16O/18O yang merupakan fungsi dari temperatur—dapat dipakai untuk menaksir temperatur pembentukan cangkang fosil yang ada dalam endapan bahari. Meskipun “jam” dan “termometer” tersebut masih memperlihatkan kekeliruan, namun harus diakui bahwa keduanya telah memberikan kontribusi yang berarti terhadap pemelajaran sedimen.
Van’t Hoff adalah orang pertama yang memanfaatkan azas fasa untuk mempelajari kristalisasi larutan
PRINSIP PRINSIP DASAR GEOKIMIA EKSPLORASI (Andhika Widiyanto)
Latar Belakang
Pada dasarnya definisi geokimia mempelajari jumlah dan distribusi unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan atmosfer. Tidak terbatas pada penyelidikan unsur kimia sebagai unit terkecil dari material, juga kelimpahan dan distribusi isotop-isotop dan kelimpahan serta distribusi inti atom.
Eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada pengukuran kelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsur-unsur yang berhubungan erat dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Dalam pengertian yang lebih sempit eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai aktif, vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali geokimia, yaitu konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yang kontras terhadap lingkungannya (background geokimia).
Geokimia adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari komposisi-komposisi kimia bagian dari bumi misalnya pada lithosfer yang sebagian besar komposisi kimianya adalah silikat serta pada daerah stalaktit dan stalagmit banyak ditemukan CaCO3.
Pembahasan Geokimia akan selalu menjadikan bumi sebagai fokus perhatian sekaligus obyek penelitian. Sehingga sangat perlu untuk mempelajari karakteristik bumi yang mencakup sikap fisik dan kimia.
Konsep atau Prinsip Dasar Eksplorasi Geokimia
Prospeksi/eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari dua metode:
• Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis diterapkan pada mineral yang relatif stabil pada kondisi permukaan bumi (seperti: emas, platina, kasiterit, kromit, mineral tanah jarang). Cocok digunakan di daerah yang kondisi iklimnya membatasi pelapukan kimiawi.
GEOKIMIA MOLEKULER
GEOKIMIA MOLEKULER
A. LATAR BELAKANG
Minyak bumi merupakan sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam proses industri, tetapi minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui. Produksi minyak bumi di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami
penurunan. Berdasarkan data dari Indonesian Petroleum Association (IPA), pada awal 2004
produksi minyak Indonesia mencapai 1,11 juta barel per hari kemudian pada akhir 2008 turun
menjadi 970 ribu barel per hari. Produksi yang dihasilkan dari cadangan minyak yang ada
sekarang diperkirakan akan terus turun hingga 50 persen dalam satu dekade mendatang.
Penurunan produksi minyak bumi nasional berbandingterbalik dengan konsumsi minyak bumi.
Kepala Departemen Energi Ikatan AhliGeologi Indonesia (IAGI), Nanang Abdul Manaf
mengatakan konsumsi minyakbumi di Indonesia pada akhir tahun 2007 sebesar 800 ribu barel
perhari, sedangkan pada akhir tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 870 ribu barel perhari.
Hal ini berarti cadangan minyak akan habis dalam sepuluh tahun ke depan apabila tidak
ditemukan cadangan minyak yang baru. Berdasarkan data menurut IPA (2008), wilayah
Indonesia memiliki banyak cekungan yang berpotensi menghasilkan migas sekitar 5,025 milyar
barel per tahun tetapi belum dilakukan eksplorasi, sehingga perlu dilakukan program penggalakan
eksplorasi minyak bumi (Lubis,2008).
Eksplorasi minyak bumi, selain memerlukan data geofisika dan geologi, akhir-akhir ini
mulai memanfaatkan data geokimia organik batuan induk dan minyak mentah. Selama 3 dekade
terakhir ini, geokimia organik yang merupakan suatu ilmu geosain modern gabungan antara
geologi dan kimia organik memegang peranan yang sangat penting dalam proses eksplorasi
minyak bumi (Kvenvolden, 2005). Geokimia organik mempelajari bahan organik dari segi
bagaimana terbentuknya, komposisinya, asal usulnya dalam batuan dan sedimen (Kvenvolden,
2008). Sehingga dengan kajian geokimia organik ini akan memberikan gambaran tentang kondisi
kimiawi dalam minyak bumi. Selain itu, minyak bumi biasanya ditemukan padar e s e r v o i r (batuan
penampung) pada jarak tertentu dari batuan induknya, sehingga ada kemungkinan batuan
penampung tersebut bukan merupakan batuan induk. Dengan mempelajari geokimia organic akan
diketahui komposisi senyawa-senyawa organik dalam suatu sampel minyak, sehingga hal ini akan
membantu menentukan batuan induk manakah yang menghasilkan minyak dari beberapa batuan
induk yang ada (Ahmed, 2004).
Semua informasi berupa data geokimia organik secara lengkap akan diketahui melalui
penyelidikan yang mendalam terhadap profil senyawa biomarka. Biomarka merupakan senyawa
kompleks fosil molekular biologis, yang berasal dari suatu organisme makhluk hidup yang telah
mengalami proses perubahan gugus fungsi, pemutusan ikatan dan perubahan stereokimia, namun
masih menyimpan secara utuh kerangka atom karbon sehingga dapat ditelusuri asal usul
prekursornya. Fosil molekuler yang ditemukan pada sedimen, batuan dan minyak bumi
mempunyai kerangka dasar sama dengan prekursornya yang terdapat di dalam makhluk hidup
(Peters dan Moldowan, 1993; Hunt, 1994; Hobson, 1984). Biomarka dalam geokimia organik
dapat dikelompokkan menjadi fraksi netral, asam, dan polar (Burhan, dkk, 2002).
Didalam fraksi netral terdapat senyawa biomarka, misalnya n-alkana, pristan( 1 6 ), fitan
(17), dan hopanoid. Dimana dengan mempelajari homolog dari n-alkana akan dapat diketahui
asal usul dari minyak apakah dari daratan atau dari lautan, perbandingan pristan( 1 6 ) dan fitan
(17) akan menunjukkan kondisi pengendapan dari minyak apakah reduktif atau oksidatif seperti
yang sudah dilakukan Anita (2008) pada minyak mentah Mudi, Tuban yang menunjukkan hasil
bahwa minyak mentah Mudi, Tuban mempunyai perbandingan pristan( 1 6 ) dan fitan( 1 7 ) 0,81
sehingga lingkungan pengendapan bersifat reduktif. Keberadaan senyawa hopanoid dalam
minyak bumi juga dapat digunakan sebagai parameter mengenai tingkat kematangan termal dari
suatu minyak. Kematangan termal adalah tingkatan reaksi yang dipengaruhi panas yang mampu
mengkonversi materi organik sedimenter menjadi minyak (Peters, dkk., 1993). Berdasarkan
parameter ini, kandungan biomarka yang menjadi indicator kematangan dalam minyak dapat
memberikan informasi matang tidaknya minyak tersebut sehingga menjadi bahan pertimbangan
layak tidaknya suatu sumber minyak untuk dieksplorasi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Zumberge (1987) pada minyak bumi dari Kanada yang menemukan senyawa biomarka
17α(H),21β(H)-Hopana( 3 8 ) , dimana adanya senyawa tersebut mengindikasikan bahwa minyak
Eksplorasi GeoKimia
Dispersi primer = kenampakan alterasi & kondisi zoning, memiliki dimensi sama dari cm-m sekitar badan bijih/m-km bila badan bijih besar dan area tambang
Dispersi sekunder = sisa mineralisasi bijih yang ditemukan dalam conto batuan, tanah, air, vegetasi yang diambil sekitar sumber.
Yang dimaksud dengan eksplorasi geokimia adalah mengkonsentrasikan pada pengukuran kelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau yang berhubungan dengan bijih dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Spesifiknya, pengukuran sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam contoh (batuan, tanah, air dll) untuk mendapatkan anomali geokimia (konsentarsi abnormal unsur tertentu yang kontras terhadap lingkungan=background geokimia).
Prospeksi geokimia pada dasarnya terdiri dari 2 metode:
1. Pola dispersi mekanis (untuk mineral relatif stabil di permukaan bumi = Au, Pt, Cr dll)
2. Pola dispersi kimia (dapat pada endapan tererosi/tidak – lapuk/tidak)
Urutan eksplorasi geokimia secara umum (Peters, 1978)
a. Seleksi metode, elemen-elemen yang dicari, sensitivitas dan ketelitian yang dinginkan, serta pola sampling
b. Kegiatan pendahuluan atau program sampling lapangan dgn mengecek contoh-contoh secara umum dan kedalaman contoh untuk mnentukan level yg dapat diyakini & mengevaluasi faktor bising (noise)
c. Analisis contoh, dilapangan dan laboratorium dengan analisis cek yang dibuat pada beberapa metode
d. Melakukan statistik dan evaluasi geologi dari data (geologi & geofisika)
e. Konfirmasi anomali semu, sampling lanjutan, serta analisis & evaluasi pada area yang lebih kecil, menggunakan interval sampling yg lebih rapat & penambahan metode geokimia
f. Penyelidikan target dengan suatu ketentuan untuk sampling ulang & penambahan analisis dari contoh2 yang telah ada.
Hal dasar yang berkaitan dgn prospeksi geokimia
1. Unsur penunjuk (indicator element) = unsur utama bijih dalam badan bijih yang dicari
2. Unsur jejak (pathfinder element) = berasosiasi dengan badan bijih tapi sulit dideteksi, lebih bebas dari bising, atau lebih luas penyebarannya dari unsur petunjuk.
Contoh asosiasi bijih, unsur-unsur penunjuk & jejak (Peters. 1978)
Asosiasi bijih Unsur penunjuk Unsur jejak
Cu porfiri
Complex sulfide ore
Urat-urat logam berharga
Skarn deposits
U (sandstone)
U (vein)
Ultramafik ore body
Fluorspar veins Cu, Mo
Zn, Cu, Ag, Au
Au, Ag
Mo, Zn, Cu
U
U
Pt, Cr, Ni
F Zn, Mn, Au, Rb, Re, Ti, Te
Hg, As, S, (SO4), Sb, Se, Cd
As, Sb, Te, Mn, Hg, I, F, Bi, Co
B
Se, Mo, V, Rn, He
Cu, Bi, As, Co, Mo, Ni
Cu, Co, Pd
Y, Zn, Rb, Hg
Metode-metode utama dalam prospeksi geokimia (Peters, 1978)
Sumber conto Penyebab anomali
Batuan Konsentrasi singenetik
Aureole batuan-dinding
“Bocoran atau irisan”
Dispersi post mineralisasi
Tanah Akumulasi residual
Abu glasial Dispersi
Sedimen sungai Dispersi
Akumulasi mineral berat
Sedimen danau Akumulasi
Air permukaan Dispersi
Air tanah Dispersi
Salju Akumulasi hidrokimia
Uap Oksidasi dari bijih
GeoKimia Umum
Kimia Gas
Beberapa ahli gunung api berpendapat bahwa gas vulkanik yang berakumulasi di dalam dapur magma berfungsi sebagai motor penggerak magma. Dalam kegiatannya ataupun bila terjadi peningkatan kegiatan gas-gas vulkanik tersebut akan keluar ke permukaan terlebih dahulu karena lebih ringan daripada material dalam bentuk cair/fluida atau padat.
Penyelidikan geokimia di gunungapi dimaksudkan untuk mengetahui perubahan tingkat kegiatan gunungapi, bahkan hingga pada perkiraan letusan. adanya peningkatah suhu jauh di bawah permukaan akan mempengaruhi komposisi serta konsentrasi gas yang dikeluarkan melalui lubang kepundan. Dengan menggunakan teknik tertentu diambilah contoh-contoh gas yang kemudian di analisis di laboratorium dengan beberapa metode, maka diperoleh kakndungan unsur-unsur kimia gas. Pengambilan contoh gas dilakukan di Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Baru dan Kawah Domas.
Secara umum gas vulkanik Gunung Tangkuban Perahu yang dikeluarkan dari setiap lubang solfatara dicirikan oleh besarnya kandungan belerang dan uap air. Kadar uap air ditentukan dengan perhitungan berat menggunakan P205 kering sebagai penyerapnya. Hasil analisis contoh-contoh tersebut menunjukkan kandungan unsur-unsur kalsium, magnesium, silikat, besi, sulfat, klorida, natrium, kalium dan lithium relatif tinggi, sedangkan unsur kalsium, magnesium, natrium dan kalium dipergunakan untuk menghitung besarnya suhu bawah permukaan dengan beberapa grafik standar (sriwana, 1985)
Kimia Batuan/PetroKimia (lava)
Pemeriksaan petrokimia aliran lava Gunung Sunda dan Gunung Tangkubanperahu, menunjukkan bahwa gunungapi Sunda bersumber pada kegiatan erupsi magmatis dari kelompok dioritik gabro dan dioritik termasuk seri alkali kapur kaya akan alumina tinggi berasosiasi dengan magma toleitik. Penyebaran lava selama kegiatan erupsi cenderung bersusunan andesit augit hipersten dan andesit basalt augit hipersten (Syarifudin, 1984)